Cerpen : Kamu Tidak Tahu
Tiara berlari memasuki sebuah stasiun tv dan mengantri di depan studio tempat sebuah acara berlangsung. Di depannya sudah ada 20 orang yang mengantri untuk absen. Meskipun acara baru berlangsung 3 jam lagi, tapi para penonton bayaran sudah siap menunggu disana. Ini pertama kalinya ia mencoba pekerjaan yang hanya ia dengar dari pembicaraan orang. Ia tidak mengenal orang - orang itu, “ Tapi tidak ada salahnya mencoba bukan, lagipula lokasinya dekat dari sini dan aku sudah mengetahui semua detail lokasi serta jamnya.” batinnya.
Kata orang mereka harus daftar dulu agar bisa masuk dan
bergabung menjadi penonton bayaran, tapi mungkin ini memanglah hari
keberuntungan Tiara, ia berhasil masuk tanpa harus daftar, hanya perlu menulis
nama di daftar absen, lalu masuk. “Ah!
pasti ini hari keberuntunganku, hari ini Tuhan memberiku hadiah, setelah
berhari – hari kemalangan menimpaku. “
Tiara berdiri di dalam
studio dan bersiap mengikuti arahan yang diberikan. Tidak sedetik pun ia
beranjak dari tempatnya ataupun memegang handphone. Dia tidak ingin melewatkan
satu kata pun dari arahan yang diberikan. Tiara memandang ke sekeliling ruangan
yang penuh dengan orang – orang dan peralatan. Ternyata seperti ini studio
televisi, disini tempat ribuan acara diproduksi. “ wah sungguh tempat yang
hebat.”
Acara pun berlangsung
lancar tanpa kendala. Tiara juga berhasil melakukan semua yang harus
dilakukannya sebagai penonton bayaran tanpa kesalahan sedikit pun. “Sekarang
waktunya menerima bayaran. Aku sudah tidak sabar mendapatkan uang itu, meskipun
sedikit, tapi aku yakin ini bisa berguna.” Tiara berada di antrian yang
panjang, lebih panjang dari tadi pagi. Kali ini ia berada di antrian hamper
akhir. Hanya terdapat 5 orang di belakangnya. Tapi Dia tetap sabar menunggu gilirannya.
“Ini hadiah untuk
kalian” kata koordinator penonton bayaran kepada penonton bayaran yang
mengantri di depannya
“Saya mau amplop saja
deh pak, gak usah hadiah ini” kata penonton bayaran itu. Koordinator pun
menukar hadiah dengan amplop. Dan memberikan hadiah itu kepada Tiara. Tiara
hanya termenung dan bingung melihat yang bungkusan hadiah berbentuk balok yang
ada di tangannya sekarang. Dia segera menengok ke arah koordinator tadi dan
berkata “Saya mau uang saja pak, tidak perlu hadiah ini”
“Uang kamu bilang?
Tidak sopan sekali kamu! Apa tidak ada kata lain yang lebih sopan? Orang lain
bisa bilang amplop, gaji atau kata lain yang lebih sopan. Lagipula hadiah itu
juga bagus, kamu anggap itu hadiah murahan apa? Tidak ada rasa bersyukurnya ya kamu.
Sudah tidak ada tukar – tukar.” Jawaban ketus koordinator itu membuat Tiara
sangat sedih.
Tiara berjalan lesu menuruni setiap anak tangga gedung. Rasanya ia tidak ingin bertemu satu orangpun dari acara tadi, dan memilih tangga dibandingkan lift adalah pilihan paling tepat. Setibanya di depan pintu lobby, ia memutuskan duduk sejenak di salah satu anak tangga, ia membuka hadiah itu. Tenyata isinya sekotak ayam KFC. Hatinya begitu sedih, seharusnya ia bahagia melihat makanan kesukaannya, tapi hari itu, hatinya begitu hancur melihatnya. Ia kembali berjalan menuju rumah sakit yang letaknya tidak jauh dari sana.
Ia masuk lift menuju lantai 2. Ia menatap meja yang dipenuhi orang mengantri untuk menebus obat. Ia memutuskan menunggu di sekitar area menebus obat, siapa tahu saja ada orang yang tidak sengaja menjatuhkan obatnya, lalu ada obat yang bisa ia ambil untuk diberikan ke ibunya. Kalau tidak, mungkin saja ada orang baik yang rela berbagi, satu butir saja obat untuk ibunya. "Tuhan, kumohon beri aku sedikit saja keberuntungan" ucapnya dalam hati.
Comments
Post a Comment