Meat Drying
Produk dried meat adalah hasil dari dehidrasi
atau pengeringan dari daging tida berlemak dalam kondisi alami atau kondisi
yang dibuat. Prosesnya didasari oleh dehidrasi dimana cairan terbesar pada
jaringan diuapkan sehingga tidak mudah busuk. Dried meat memiliki nilai sensori serta bentuk yang lebih buruk
dari daging segar namun dari segi umur simpan, dried meat lebih baik. Nutrisi seperti komponen protein pada dried meat tidak berubah selama
pengeringan (Heinz dan Hautzinger, 2007).
2. Salted Dried Meats
Dry curing merupakan pencampuran bahan bersama-sama dan menggosok
bahan (zat terlarut) ke permukaan daging, sehingga dapat masuk ke bagian tengah
daging. Penggaraman ini dapat meningkatkan umur simpan produk (Brown, 2011). Produk
yang dihasilkan dengan proses ini antara lain: sausages, hams, corned beef, dan lain-lain. Kadar garam untuk
produk-produk tersebut sekitar 1.5%-3%. Penambahan garam sekitar 5% dapat
meningkatkan daya ikat air pada daging tidak berlemak. Pemanasan pada salted meats dapat menyebabkan pigmen
merah daging (myoglobin) menjadi berwarna coklat (metmyoglobin) dan kemudian
warna coklat dapat menjadi abu-abu. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan natrium
nitrit (NaNO2). Natrium nitrit mempunyai kemampuan bereaksi dengan
pigmen merah daging untuk membentuk ikatan yang stabil terhadap pemanasan
sehingga, daging tetap berwarna merah. NaNO2 yang ditambahkan hanya
sedikit dalam perlakuan ini (Heinz dan Hautzinger, 2007).
Kelembutan dari daging
juga dapat meningkat seiring dengan penambahan garam dalam bentuk potassium, calcium, atau magnesium
chloride. Garam ini menahan air dan memecah komponen yang meliputi serabut
oto, sehingga dihasilkan protein. Terkadang juga ditambahkan polyphospates pada garam untuk membuat
rasa juicy pada daging dengan
meningkatkan penyimpanan air. Jika penambahan dilakukan pada daging yang telah
di proses, maka garam juga dapat meningkatkan kekokohan, kestabilan emulsi dan
anti mikroba. Peningkatan kapasitas penyimpanan air juga harus diikuti dengan
peningkatan konsentrasi daging (Brown, 2011).
3. Smoked Dried Meats
Kebanyakan produk yang telah dicuring juga diasapi dan
dimasak. Pengasapan memberi flavor, arom dan warna pada makanan. Pada tahun
1800an pengasapan dapat dilakuakn tanpa membakar kayu, melainkan dengan asap
cair. Asap cair ini disemprotkan pada daging untuk mendapatkan smoked flavor (Brown, 2011). Pengasapan
dibagi menjadi dua, pengasapan dingin dan pengasapan panas. Prinsip keduanya
sama, yaitu pengasapan pada permukaan daging untuk mendapatkan aroma, warna,
dan efek pengawetan. Prinsip dasar pengasapan dingin adalah pengasapan pada
suhu 15 – 18oC dengan abu kayu dibakar menggunakan lampu secara
perlahan. Produk diletakkan jauh dari sumber asap. Proses ini berlangsung cukup
lama dan contohnya pada produk sausages.
Sedangkan pengasapan panas, menggunakan suhu 60-80oC. Pengasapan
berlangsung cepat dengan kayu bakar. Contohnya pada produk bacon, cooked hams, dan sausages
(Heinz dan Hautzinger, 2007).
4. Fermented Meats
Pada proses fermentasi,
produk disimpan pada suhu tinggi untuk mendukung pertumbuhan bakteri. Contohnya
produknya adalah meringuez dan lebanon bologna yang di asapi (Brown,
2011).
Meat
thermal Technology
1. Scalding
Proses ini pada umumnya
diterapkan pada jaringan sebelum pembekuan, pengeringan atau pengalengan.
Kondisi ini bergantung pada proses setelahnya. Jika scalding dilakukan sebelum pengalengan, maka tujuannya adalah untuk
membuang gas dari jaringan, untuk meningkatkan suhu jaringan dan untuk melakukan
pembersihan awal. Scalding pada daing
biasanya menghasilkan pengurangan volume. Suhu pada proses scalding sekitar 65oC (Hui, 2006).
2. Cooking (memasak)
Proses ini dilakukan untuk meningkatkan karakteristik
sensori pada material makanan. Proses ini dapat disebut metode pengawetan
karena mengurangi jumlah mikroba pada makanan dan menginaktifkan beberapa
enzim. Pada pengolahan daging, memasak menerapkan beberapa metode pemanasan: oven cooking, roasting, menggoreng,
merebus, mengukus, dan grilling. Oven
cooking, roasting dan grilling
menggunakan udara panas pada suhu tinggi (sekitar 100oC). Merebus
dan mengukus menggunakan air panas. Menggoreng menggunakan suhu diatas 200oC.
memasak juga merusak kehadiran toksin pada daging atau dari mikroba. Meskipun demikian,
memasak dapat merugikan karena mengurangi kandungan gizi (Hui, 2006).
3. Pasteurization (Pasteurisasi)
Pasteurisasi bertujuan
untuk membunuh patogen. Namun, sel vegetatif tetap dapat hidup sehingga
diperlukan proses pengawetan tambahan seperti pendinginan, penambahanan
antimikroba, pengemasan, atau fermentasi. Waktu dan suhu pasteurisasi
bergantung pada strain dari mikroba patogen dan karakteristik produk makanan
tersebut. Pasteurisasi biasanya
menggunakan suhu 140 oC-150oC selama 1-45 sekon, atau
70 oC -73 oC
selama 15-20 sekon. Pada produk daging biasanya dipasteurisasi dalam
wadah berisi air. Produk kemasan diletakkan dalam tangki stainless steel dan
air panas. Kemudian, segera didinginkan dengan air dingin. Peralatan
pasteurisasi kontinyu terdiri dari tangki panjang. Produk disalurkan melalui
air dalam konveyor (Hui, 2006).
4. Sterilization (sterilisasi)
Produk steril tidak
mengandung mikroorganisme hidup sedikit pun. Oleh sebab itu, umur simpan produk
sterilisasi cukup lama meskipun tanpa penambahan metode pengawetan lain. Suhu
sterilisasi sangat tinggi sehingga tidak ada mikroba yang mampu hidup. Waktu
dan suhu sterilisasi menggunakan karakteristik mikroorganisme yang tahan suhu
tinggi sebagai indikator. Pada produk daging, Clostridium botulinum dan
Clostridium sporgenes menjadi indikator sterilisasi (Hui, 2006). Produk
sterilisasi yang telah dikemas ditempatkan pada kontainer dan ditutup
rapat-rapat untuk mencegah terjadinya kontaminasi. Pada kondisi ini mikroba
aerob tidak dapat hidup dan spora mikroba anaerob sedikit yang tahan terdapat
panas. Namun, pada beberapa makanan seperti cured
canned meat, masih terdapat oksigen. Jika terdapat mikroba pembusuk seperti
Bacillus mycoides dan Bacillus subtilis, maka diperlukkan metode
pengawetan tambahan seperti curing
dan pengasapan (Hui, 2006).
Meat
Fermentation
Bakteri pada proses ini yang memecah sakarida menjadi asam laktat,
alkohol, alifatik, lemak dan asam amino adalah bakteri fakultatif atau anaerob
obligat. Bakteri tersebut tergolong gram positif acidogenic (terutama asam laktat) seperti Lactobacillus sp.,
Streptococcus sp., Pediococcus
sp., Leuconostoc sp., Lactococcus sp., and Enterococcus sp. Pada
fermentasi sausage, bakteri tersebut
mereduksi nitrat dan nitrit menjadi nitric
oxide. Bakteri tersebut juga bergabung dengan mioglobin membentuk cured colour dan secara anaerob
menghasilkan asam laktat yang akan menurunkan pH (Ockerman dan Basu, 2010).
Marination
Technology
Marination adalah teknik untuk meningkatkan kelembutan, juiciness, dan flavor dari cooked beef. Marinated beef biasanya diletakkan dalam larutan atau saus yang
mengandung bahan untuk meningkatkan kelembutan, juiciness dan memperkaya flavor. Proses ini berlangsung lambat
untuk transpor pasif marinade ke dalam daging melalui absopsi atau osmosis.
Bahan untuk meningkatkan kualitas daging biasanya adalah air, garam, dan alkali
fosfat (Brooks, 2011).
Breading
Pada pembuatan sausages,
pada umunya ditambahkan bahan untuk melapisi produk agar lebih kokoh. Breading adalah pelapisan bahan dengan
tepung, lemak, tepung campuran, atau remah roti. Kemudian dilakukan pemanasan
untuk menstabilkan lapisan dari daging. Pemanasan ini berlangsung singkat dalam
lemak atau minyak panas (sekitar 175oC) dan tidak membuat produk
matang. Pemanasan akhir dilakukan oleh konsumen sebelum dikonsumsi (Heinz dan
Hautzinger, 2007).
HACCP for Safety
Meat
Pada produk daging, resiko yang mungkin terjadi dapat dilihat dari segi
fisik, kimia, dan biologi. Bahaya yang paling utama dari segi biologi. Bahaya
kesehata dalam makanan paling banyak terjadi karena adanya mikroorganisme.
Contohnya pada produk cured cooked ham,
untuk mengurangi resiko adanya mikroba maka perlu dilakukan pemanasan. Terdapat
beberapa standar pada proses tersebut yang harus dipenuhi.Titik kritis berada
pada proses penerimaan bahan mentah, pemotongan, curing, dan pemasakan. 6
prinsip lain adalah ketika pendinginan, evaluasi bahan selain daging, tumbling, pengemasan, pendinginan di air
dan penyimpanan. Pada tabel 1 dapat dilihat detail dari HACCP Plan dari cured cooked ham. (Heinz dan Hautzinger,
2007).
REFERENSI
Brooks
C. 2011. Marinating of Beef for Enhancement. www.beefresearch.org [12 Mei
2015].
Brown
A. 2011. Understanding Food: Principles and Preparation, 4th Edition.
Wadswoth, USA.
Heinz
G, Peter H. 2007. Meat Processing technology for Small- to medium- Scale
Producers. FAO of The United Nations, Bangkok.
Hui
YH. 2006. Handbook of Food Science, Technology, and Engineering. 4th
Edition. CRC Press, USA.
Ockerman
HW, Basu L. 2010. Fermented Meat Products: Production and Consumption.
Colombus: Ohio State University
Comments
Post a Comment