Kisah Unik Lemang (1)



          Lemang merupakan masakan khas melayu yang terdapat di beberapa daerah di Indonesia yang memanen bambu. Setiap negara mengklaim bahwa lemang berasal dari daerahnya. Lemang memiliki beberapa sebutan lain pada beberapa daerah, seperti lamang dan lomang. Lamang adalah nama yang dipergunakan oleh masyarakat minang, sedangkan lomang adalah nama yang dipergunakan oleh masyarakat batak. Pada blog kali ini, saya akan membahas tentang lemang di suku batak.
Salah satu tradisi masyarakat batak adalah mangalomang. Tradisi tersebut merupakan tradisi membuat lemang. Istilah lain untuk tradisi tersebut adalah sadari mangalomang, yang berarti memasak lemang sehari sebelum hari lebaran. Lemang tersebut disantap pagi hari usai salat id. Tradisi ini disebarkan turun temurun di masyarakat batak khususnya bagi masyarakat batak yang berpuasa.
Seiring berjalannya waktu, lemang tidak hanya menjadi makanan khas lebaran namun juga di hari-hari besar lainnya. Tradisi mangalomang juga dilakukan untuk perayaan HUT Kemerdekaan RI pada desa Hutatonga, Sigalangan, dan Padangbolak. Tradisi mangalomang juga dilakukan menjelang perayaan hari – hari besar lain. Tradisi ini biasanya dilaksanakan sehari sebelum hari – hari besar tersebut. Pada tradisi mangalomang, bahan untuk membuat lemang disiapkan pada pagi hari, namun pembakarannya berlangsung pada sore hingga malam hari.
Proses memasak lemang tidak sulit, namun membutuhkan waktu yang relatif lama. Pertama-tama, beras ketan putih direndam selama lima jam. Setelah itu, dimasukkan ke dalam bambu yang telah dipotong-potong dan dilapisi daun pisang muda. Selanjutnya, perasan santan dengan campuran garam dituangkan juga ke dalam bambu tersebut hingga 5 cm di atas permukaan beras ketan putih. Bambu – Bambu yang telah berisi beras ketan putih dan santan tersebut kemudian dibakar dengan api dari bara yang lebih dominan agar kematangannya merata. Pembakaran lemang dilakukan dengan mendirikan tiang dari besi sebagai tempat sandaran bambu. Api untuk membakar umumnya berasal dari kayu bakar, sabut kelapa, atau tempurung kelapa. Hal terpenting adalah api yang konstan. Selama proses pemasakan, bagian tengah lemang perlu ditusuk beberapa kali dengan lidi agar santan merata ke bawah dan ketan tidak kering ataupun mentah. Bambu tersebut juga perlu dibalik untuk membantu proses pematangan yang merata. Uji kematangan dapat dilakukan dengan mencoba lemang bagian atas karena bagian ini yang matang paling terakhir. Panjang lemang yang dihasilkan biasanya sekitar 5 – 7 cm. 
Selain penyebutan nama lemang yang berbeda – beda, jenis bambu yang dipergunakan oleh beberapa daerah pun berbeda. Masyarakat batak menyebut bambu yang dipergunakan untuk memasak lemang dengan sebutan bulu lomang. Bambu tersebut tumbuhnya berumpun rapat, batangnya berwarna hijau tua, tumbuh tegak dengan tinggi sampai 15 meter. Diameter batangnya 1,5 – 5 cm, dan ketebalannya 2,5 – 4 mm. Ketebalan tersebut relatif tipis cocok untuk digunakan sebagai alat memasak, karena bahan di dalamnya menjadi cepat matang. Panjang ruasnya sekitar 75 cm. 
Pelengkap makan lemang pun bermacam – macam, seperti rendang, gulai merah, tapai ketan hitam, dan lain – lain. Masyarakat Sumatera Barat biasanya memakan lemang dipadukan dengan tapai ketan hitam, sehingga disebut lamang tapai. 

Comments

Popular posts from this blog

Table Manner (European Style)

Table manner (Chinese Style)

Peraturan Pemerintah Tentang Label Pangan